Tubuh tari dan tubuh penari ;
Proses terakhi tentang mencintai keindahan yang di sebutkan oleh ploto bisa di kaitkan dengan “ menemukan tubuh tari dan bukan tubuh penari” dalam penyajian pertunjukan malam itu, tubuh bergerak jauh dari aturan-aturan gerak “ indah” penari. Tubuh sepertinya tidak mau di ikat oleh aturan yang biasa di lakukan oleh penari, sehinga kesannya menjadi tidak “indah” tetapi unik. Pembebasan tubuh dari aturan-aturan ini juga di barengi dengan suara-suara penari yang tidak mempunyai arti tertentu. Kesan yang tersirat adalah mengembalikan tubuh sebagai sesuatu yang memiliki pesona dan menurunkan tema persoalan sendiri-sendiri.
Tubuh sebenarnya sudah bias bertutur dengan sendirinya karena sudah mempunyai pesona sendiri. Munculah gerakan-gerakan “unik” yang tidak teratur antara penari yang satu dengan penari yang lain. Tidak ada gerakan yang rampak dan sama dalam semua repertoar yang tersaji, akan tetapi akan terjadi interaksi antar penari serta gerak-gerak yang unik, lebih dari satu fokos yang sama kuat di beberapa bagian wilayah arenea karena tubuh-tubuh personal yang bergerak. Garis edar dan pola lantai penari terlihat teratur sehinga tidak terjadi tabrakan di antara penari yang lain. Penatatari berusaha untuk menterjemahkan teks yang ada, gerak unik tubuh dan benda dalam keteraturan pola edar yang terbuat sesuai dengan plot dan tangga dinamik pada naskah.
Interaksi tubuh dengan benda ;
Tubuh sudah mempunyai pesona sendiri, dan benda juga mempunyai pesona sendiri. Artinya antara tubuh dan benda sudah mempunyai pesona masing-masing. Diatas pangung masing-masing pesona itu tidak saling menutupi. Tapi makin memperkuat pesona benda dan tubuh. Ini titik kunci yang harus dikuasai oleh penata tari dan penari menggunakan benda dalam karyanya.
Hidup adalah teka-teki ;
Catur mengisyaratkan perjalanan kehidupan manusia, yang sulit ditebak kemana langkahnya. Penonton sebagai makhluk individu, hanya bias mengikuti arah langkah yang di arahkan sang mahakuasa. Tinggal bagaimana kita mampu menyikapinya. Perjalanan itu cukup panjang mulai kita lahir ke dunia, anak-anak, kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua.
Selama perjalanan itu kita pun terkadang tidak tahu apakah berjalan berdasarkan peran yang sudah di tentukan, atau kita menciptakan sendiri peran-peran itu. Bias jadi suatu ketika kita bakal menjadi orang lain. Atau sebaliknya.
Sedikit saja salah langkah, maka bersiaplah dengan kehancuran kita. Hidup bukanlah sandiwara. Hidup adalah suatu cara menaplikasikan segala recana. Tentunya bermamfaat bagi umat manusia. Sekali lagi selamat. Lebih baik terus berkarya dari pada mencela.
Penulis ; Kaka Zafana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung di Blog Sagoe Aceh..
Kami mohon kritik dan saran serta masukan ide kreatif untuk perkembangan Bog ini.
Silahkan kirim artikel, puisi dan tulisan apa saja yang membangun kearifan, untuk dipublikasikan di blog ini. Saleum Budaya..